Tuesday, December 02, 2008


BICARA CINTA

Ternyata pelan-pelan saya menemukan alasan kenapa Tuhan benar-benar mengagungkan orang tua. Karena pada mereka ada lukisan cinta abadi yang luar biasa energinya. Kata Anis Matta dalam tulisannya, bahwa bila seseorang mampu mengatakan ‘aku cinta padamu’ maka itu artinya dia rela berkoban apapun untuk anda. Ada konsekuensi pengorbanan di dalam kalimat tersebut. Saya berkali-kali berharap agar makna pernyataan itu saya temukan pada hubungan antara laki-laki dan perempuan baik dalam kehidupan saya maupun orang disekitar saya.

Tapi belum kunjung saya temukan. Kenyataan itu malah ada pada kedua orang tua saya dan mungkin pada orangtua-orang tua lain di dunia ini.
Pelan-pelan dengan kebesaranNya, Tuhan membuktikan bahwa orang tua benar-benar sanggup berkorban apa saja untuk anak-anaknya. Mengorbankan dirinya bahkan sesuatu lain yang dicintai demi anak-anaknya. Bertahan pada penderitaan yang luar biasa hebat demi anak-anaknya. Terlepas dari memang Tuhan telah menggariskan hal tersebut pada mereka, tapi cinta mereka luar biasa ajaibnya.
Dengan pikiran yang serba kurang ini, saya jadi yakin pengorbanan yang tak tertandingi oleh apapun itu hanya ada pada kedua orang tua. Dari kecil hingga sekarang saya melihat ayah saya yang sangat bersahaja itu diberi kekuatan oleh Tuhan untuk melakukan apa saja demi anak-anaknya. Berjuang dengan kerasnya tanpa memikirkan diri sendiri agar anak-anaknya tak mewarisi penderitaan. Kalau ditelusuri, semua itu karena cintanya pada anak-anaknya. Kecewa pada perlakuan anak-anaknya lantas masih sanggup memaafkan dan menerima kembali itu bagi saya wujud cinta yang tak tertandingi. Ada energi yang luar biasa disana yang mampu menandingi luasnya samudera. Bertahan dalam kekecewaan karena dikhianati agar anak-anaknya tetap bahagia itu adalah pengorbanan yang tak bisa diwakili dengan kata-kata hebat apapun.
Sementara emak, sebagai perempuan mungkin ia butuh dimanjakan oleh kemewahan, oleh perhiasan dan kebahagiaan dunia lainnya, tapi mungkin tidak bisa dipenuhi demi kebahagiaan anak-anaknya. Mengalah untuk itu merupakan pengorbanan yang luar biasa juga bagi saya. Mungkin kepada istri atau kepada suami masih ada sesuatu yang terabaikan tapi kalau kepada anak tidak ada yang luput dari perhatian. Segalanya bisa diusahakan dan diperjuangkan.
Cinta luar biasa tersebut mungkin yang bisa mencapai cinta Tuhan. cinta orang tua adalah potret cinta Tuhan yang hakiki. Pantas saja Tuhan menomer satukan orang tua dari segalanya di muka bumi ini. Pantas saja Ridho orang tua adalah juga Ridho Tuhan. Sebegitu mulia posisi orang tua karena mengingat luar biasanya cinta merekapada anak-anaknya. Pengabdian atas nama cinta yang mereka punyai itu tak bisa digantikan oleh apapun yang berharga di dunia ini. Tidak ada yang didapat mereka dari anak-anaknya dan mungkin memang tak bisa terbayar. Padahal sebelum hadir anak begitu dirindukan kelahirannya. Sejak kecil di rawat dengan cinta, dibesarkan hingga dewasa. Di sekolahkan sampai jenjang tertinggi sesuai dengan kesanggupan mereka bahkan diluar dari kemampuan mereka hingga berhasil. lantas pada suatu hari mereka merestui kepergian anak-anak mereka dengan pendamping hidupnya untuk mencari kebahagiaan yang lain. Lalu apakah yang ditinggalkan buat mereka? Lalu apa yang mereka dapatkan? Maka itulah kenapa Tuhan murka semurka-murkanya bila si anak tega menyakiti kedua orang tuanya. Karena dari proses tersebut tak ada yang bisa dibayar dengan apapun yang dimiliki si anak. Karena hanya Tuhan yang punya balasan untuk itu semua.
Kata orang cinta itu tidak menyakiti, maka bukankah tidak ada orang tua didunia ini yang sedikitpun terbesit di hatinya untuk menyakiti anaknya? Malah sebaliknya si anak yang mampu menggores luka dihati mereka dengan atau tanpa disadari.
Saya jadi ingat prinsip hidup orang Batak yang mengatakan Anakkokki do Hamoraon Di Au yang artinya Anakku Adalah Harta Bagiku. Anak merupakan harta yang termahal bagi orang tua dan melebihi uang sebanyak apapun. Jadi walaupun hidup susah tapi tetap memperjuangkan agar anaknya bahagia karena kebahagiaan anak adalah segalanya bagi orangtua. Di kampung saya sana, banyak inang-inang parengge-rengge (emak-emak yang berjualan dipasar dan dipinggir jalan) yang memiliki anak banyak namun semua sudah jadi sarjana dan berhasil di rantau orang. Biar kata baju robek dipakai, makan gak makan asal anaknya semua bisa bersekolah. Biar hutang kemana-mana tapi anaknya yang merantau pulang dengan sukses. Biar hidupnya susah tapi pantang mewariskan kesusahan itu pada anak-anaknya. Pantang baginya untuk mengatakan tak ada uang agar anaknya yang sedang bersekolah tak patah arang walaupun kenyataannya memang demikian. Ahh...cinta itu benar-benar punya kekuatan yang luar biasa.
Bukankah sejatinya Tuhan hampir serupa dengan orang tua? Ketika sedang luka maka kita ingat pada mereka. Namun ketika sedang suka terkadang mereka terabaikan. Bukankah pada Tuhan kita pun seperti itu? Ketika suka yang amat sangat kita kadang lupa pada yang empunya segalanya itu, namun ketika diterpa gelombang duka kita datang padaNya tanpa rasa malu bahwa sedetik lalu telah terlupakan? Itulah sejatinya Cinta Tuhan. Tempat bermuara segala cinta. Cinta yang sejatinya tak tertandingi oleh apapun. Kekuatan cinta Tuhan mampu membuat manusia ada dan menikmati indahnya jagad ini. Bukankah kekuatan cinta yang sama bisa diraba pada cinta orang tua hingga kita mampu bertahan dalam hidup ini? Benar kata mbak nung, ‘ma...cinta abadi itu adalah cinta seorang ibu dan cinta sejati itu adalah cinta Tuhan’. Ya mungkin pilihan kata itu sudah cukup mewakili maknanya masing-masing dan saya pun paham benar maksudnya.
Saya pun jadi teringat percakapan dengan seorang teman lainnya beberapa tahun silam. Dalam obrolan kami itu, kami sepakat bahwa setiap kecewa yang dialami manusia akan bermuara pada cinta Tuhan dengan jalan apapun. Terkadang untuk menuju Tuhan harus melalui sekumpulan kekecewaan yang kadang tanpa disadari bahwa sebenarnya itu adalah jalan yang mengantarkan pada cintaNya. Ah mungkin kami saja yang berlebihan menyimpulkan hal tersebut.



No comments: