Tuesday, June 10, 2008

Iman Mutiara

pagi yang cerah dan sejuk ini saya membuka playlist. udah beberapa hari ini yang diputer lagu-lagu yang berasal dari satu folder yang saya kasih nama 'sisi relijius' pastinya isi lagunya, yang mengingatkan saya pada sang maha pencipta. entah kenapa ada energi yang membuat saya membuka playlist itu. dari semua lagu ada satu lagu raihan berjudul 'iman mutiara', lagu ini membuat otak saya berhasil dengan mmudah me-recall sebuah memori yang saya sendiri tidak ingat betul kapan persis hal itu terjadi.
tapi saya ingat betul, waktu itu siang hari, mungkin saat itu saya masih SMP. saya menyetrika baju sendiri, hari itu persis hari jumat.kenapa? karna waktu itu radio yang terkenal di kota saya memutar lagu-lagu nasyid yang menjadi ciri khas kalo sudah menjelang solat jumat. pada saat asyik menyetrika, diputarlah lagu 'iman mutiara' itu. bait demi bait...sampailah pada kata-kata

.................
iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertakwa
ia tak dapat dijual beli
ia tiada ditepian pantai......

mendadak mata saya meleleh, ada haru yang luar biasa. saya merasa ditunjuk hidungnya oleh kata-kata itu. saya sadar betul, ayah saya termasuk orang yang rajin beribadah, solat selalu tepat waktu...selalu marah kalo waktunya azan kita masih diam menonton teve. begitu juga kakak-kakak saya, yang laki-laki selalu siap sedia bahkan sebelum azan dikumandangkan. kakak perempuan saya, benar-benar beribadah bahkan ikut kegiatan keagamaan yang rutin dan intens. lalu saya?..pada waktu itu...
solat saya cuma 2 kali pertemuan dalam sehari. padahal agama dikenalkan pada saya sudah sejak masih jadi orok.

saya heran, marah protes, kenapa saya gak bisa kayak mereka. bahkan kakak-kakak saya diberi nikmat lebih secara spritual. lalu saya? hanya mendengarkan...hanya merasa repot kalo ibadah , hanya merasa itu kan jadwal saja. tak lebih.... tapi itulah bijaksananya Tuhan, saya diberi orang tua yang berbeda cara mendidiknya dengan orangtua lain. saya tidak pernah dipukul kalo tidak solat, tidak pernah dikejar-kejar kayak maling kalo tidak beribadah ato mengaji madrasah. tapi saya diberi CONTOH, teladan, agar saya iri, lalu rindu, lalu terpanggil... karna didikan ayah saya masih sangat sederhana,
kau disekolahkan dan dimasukkan pengajian madrasah dan baik-baik di masyarakat itu sudah cukup, selebihnya berkembanglah !!! awalnya saya merasa ahh orang tua saya tidak aktual dalam hal mendidik. tapi ternyata ada kesan, ada sesuatu yang ditinggalkan dalam sanubari saya. walaupun saat ini benteng yang dibangun orang tua saya sejak kecil sering saya lompati dan keluar sejenak untuk mengarungi smudera hidup yang kadang sangat besar arusnya..tapi semoga ketika kembali masuk ke benteng itu saya masih punya waktu dan masih punya tempat didalamnya.

entahlah...lagu yang inspiratif itu mengantar saya pada satu kekuatan yang tak terdefenisikan. satu proses yang menemani sejarah relijius saya yang sekarang masih porak poranda, tambal sulam oleh karna ulah saya sendiri dan oleh karna tembok besar itu sering saya lompati untuk melihat-lihat semua yang serba



No comments: