Friday, December 08, 2006

memoar 7 Desember 2005

buah tangan dari rumah

Banyak hal yang kupelajari dari perjalananku pulang ke rumah, sampai di rumah pun banyak hikmah yang dipetik. Tapi saking banyaknya memori otak ini sedikit repot untuk mengingat-ingatnya walau dengan keras sekalipun. Hanya hikmah yang paling berkesan yang dapat ditangkap jelas. Paling penting dari segalanya adalah membina keluarga. Memang betul kata Rasulullah menikah atau berumah tangga adalah menyempurnakan setengah agama,. Bagaimana tidak, energi yang dibutuhkan didalam sana luar biasa. Hal-hal baru ditemukan dalam membangun rumah tangga, belum lagi perbedaan yang kontras yang sedikit banyak mempengaruhi atmosfir dalam rumah tangga. Budaya dan tradisi yang berbeda juga bagian yang urgen dalam mengayuh biduk rumah tangga. Namun apapun bentuk perbedaan yang ada dan muncul dalam perjalanan dua anak manusia dalam lembaga pernikahan, cuma satu kuncinya KOMUNIKASI. Walau terkesan sudah tak asing lagi, banyak hal menjadi masalah dan menjadi bahan perselisihan hanya karena kurang komunikasi. Masalah komunikasi baik dalam rumah tangga ataupun semua aspek kehidupan sifatnya sangat vital dan paling mendasar, entah bagaimanapun bentuk dan caranya. Komunikasi tergantung pada pelakunya, atau bisa jadi kesepakatan dari kedua pihak yang akan berkomunikasi tersebut. Karena bagaimanpun baiknya niat dalam hati atau pesan dalam otak kalau cara dan bentuk apalagi waktu yang dipilih dalam berkomunikasi salah atau kurang pantas maka buyarlah semua urusan. Terkadang cara yang dianggap sudah cukup baik malah ternyata membuat masalah semakin runyam. Disaat itulah alternatif cara atau media digunakan untuk berkomunikasi. Misalnya saja ketika bahasa verbal cukup membuat masalah semakin sensitif, maka bahasa tulis bisa menjadi alternatif.

Sebenarnya kesalahan atau perselisihan sangat tidak bisa dihindarkan, hanya saja yang paling penting adalah semangat memperbaiki. Semangat membangun bagi pasangan dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi upaya membuka diri untuk mengakui dan menyadari kesalahan juga hal yang sangat penting untuk diperhatikan yang terkadang hal inilah yang membuat seseorang sulit memperbaiki kesalahan yang diperbuat. Termasuk hal yang paling krusial untuk diperhatikan adalah cara menyampaikan kritik atau saran. Untuk yang satu ini, bisa jadi orang yang dikritik menjadi tersinggung hanya karena kita kurang bijak menyampaikannya, apalagi waktu menyampaikannya tidak pas dengan kondisi hati orang tersebut, maka bisa jadi yang ada hanya pertengkaran dan sakit hati. Butuh keterampilan bahkan usaha yang keras memang untuk mengatasi kondisi dan situasi semacam ini. Namun bagaimanapun kondisi komunikasi yang terbangun dalam rumah tangga tersebut, semuanya bisa diatasi dengan kesepakatan antara suami istri atau anggota keluarga. Berbeda boleh saja, lumrah bahkan berkah kata Rasul, namun semuanya bisa diambil benang merahnya bila semua pihak bersepakat jalan mana atau cara apa yang dipakai untuk menyelesaikan masalah. Saling terbuka adalah modal utama untuk melakukan komunikasi dan dasarnya adalah percaya, karena bila kita tidak percaya dengan salah satu anggota keluarga atau suami kepada istri dan sebaliknya maka akan mustahil bisa saling terbuka. Sepanjang pengalaman saya, memang bila saya belum sepenuhnya percaya pada seseorang misalnya, maka saya akan susah sekali terbuka atau jujur tentang masalah saya yang sebenarnya. Faktornya mungkin banyak sekali, bisa jadi saya melihat orang itu tidak amanah apalagi menyangkut aib, orang itu tidak mengerti kondisi saya dan banyak lagi. Makanya betul kata pepatah bahwa membangun kepercayaan orang lain adalah hal yang paling sulit. Katakanlah kita sudah saling mengenal, ternyata hal itu pun belum menjamin rasa kepercayaan kita terhadap orang itu. Tapi semuanya bisa diatasi sejauh kita masih punya semangat atau dorongan untuk memperbaikinya.

No comments: